"Menyusuri Jejak Spiritual di Pura Taman Baginda"

14 Juni 2024
Administrator
Dibaca 777 Kali

Keberadaan Pura Taman Baginda telah ada sejak zaman Kerajaan Sri Kresna Kepakisan, konon sebagai tempat mandi Raja zaman itu, sehingga nama pura disebut Pura Taman Baginda


Tempat suci untuk malukat atau pembersihan diri tidak saja berada di daerah terpencil yang masih asri, namun juga bisa ditemukan di pusat kota Gianyar. Adalah Pura Taman Baginda yang terletak di Banjar Peteluan, Desa Temesi, Kecamatan/Kabupaten Gianyar lokasinya. Pura Taman ini konon dijadikan tempat pemandian raja. Seiring berjalannya waktu, Pura Taman Baginda kini dibuka untuk masyarakat umum. Banyak kalangan pejabat, perorangan dari berbagai profesi termasuk para calon anggota legislatif (caleg) yang telah datang melakukan persembahyangan. Mereka biasanya datang beberapa kali, biasanya kedatangan kedua kalinya untuk mengucapkan terimakasih karena permohonan yang diutarakan pada kesempatan pertama terwujud.

Keberadaan pura ini telah ada sejak zaman kerajaan Sri Kresna Kepakisan. “Konon Pura Taman Baginda sebagai tempat mandinya Raja pada zaman itu, sehingga nama pura ini pun disebut Pura Taman Baginda. Pura berarti tempat suci, Taman adalah tempat permandian, dan Baginda adalah seorang raja,” terangnya. Awalnya jumlah warga di Banjar Peteluan sebanyak 15 krama, di pura itu hanya terdapat satu buah pancuran saja, yakni yang bertempat di Utama Mandala pura. Seiring perkembangan zaman yang selanjutnya ada renovasi, sehingga pada areal pura dibagi atas tiga mandala, Utama, Madya, dan Nista. Jumlah  warga di  banjar pun terus berkembang, kini mencapai 191 KK

Pada bagian Utama Mandala  terdapat tirta yang disebut dengan Tirta Sudamala. Tirta Sudamala diyakini sebagai penyembuh dari segala macam penyakit. Bahkan, masyarakat dari luar Desa Temesi banyak yang datang untuk nunas tirta pada rerahinan tertentu, seperti Kajeng Kliwon, Purnama, dan Tilem. Saat ini setelah beberapa kali renovasi, genah malukat terdiri dari 11 pancoran yang letaknya di tiga sisi. Genah melukat ini telah ditata sedemikian rupa, sehingga tampak sangat indah.

Dulu, tebing bahkan berada di atas pura. Bentuknya semacam goa yang memayungi. Namun beberapa kali terjadi longsor, material tebing berupa batu padas jatuh bahkan merusak bangunan pura. Sebagai antisipasi, pada palinggih utama sudah dibuatkan semacam pelindung. Bagian ini rencananya akan diperluas.

Selain untuk malukat dan sembahyang, air di Pura Taman Baginda juga menjadi sumber air minum bagi masyarakat sekitar. Air dialirkan ke jaba sisi lewat beberapa kran air. Hampir setiap menit, masyarakat datang membawa galon untuk mengisi ulang air.